Identifikasi Jenis - Jenis Pakan Alami
BAB I
IDENTIFIKASI JENIS – JENIS PAKAN ALAMI
1. Defenisi Pakan Alami
Apakah
pakan alami itu? Sebelum membicarakan pakan alami perlu dipahami
terlebih dahulu arti katanya. Pakan merupakan peristilahan yang
digunakan dalam dunia perikanan yang mempunyai arti makanan. Alami
menurut arti katanya adalah sesuatu yang berasal dari alam. Oleh karena
itu, pakan alami bisa diartikan sebagai pakan
yang berasal dari alam yang dijadikan sebagai sumber makanan bagi
organisme budidaya utamanya yang masih berbentuk larva dan
ketersediaannya dapat diusahakan atau dibudidayakan.
Dalam
kenyataan sehari – hari, ada dua macam pakan yang umumnya diberikan
kepada organisme budidaya yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan
alami umumnya diberikan kepada organisme budidaya yang masih stadia
larva karena ukuran pakan alami cocok dengan bukaan mulut larva
sedangkan pakan buatan umumnya diberikan kepada organisme budidaya yang
sudah berukuran besar. Pakan alami memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan pakan buatan yaitu nilai gizinya sangat
lengkap dan sesuai dengan tubuh ikan, tidak menyebabkan penurunan
kualitas air pada wadah budidaya ikan, meningkatkan daya tahan tubuh
benih ikan terhadap penyakit dan perubahan kualitas air, mudah ditangkap
karena pergerakan pakan alami tidak begitu aktif dan berukuran kecil
sesuai dengan bukaan mulut larva.
2. Jenis – Jenis Pakan Alami
Plankton
adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung,
mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya
(kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
Istilah “plankton” diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, yang
berasal dari bahasa Yunani,”planktos”, yang berarti menghanyut atau mengembara.
Plankton
sebagai pakan alami dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu plankton
nabati atau fitoplankton dan plankton hewani atau zooplankton. Tetapi
menurut ekologi dan cara hidupnya, plankton dibedakan menjadi 3
golongan yaitu epiphyton (peryphyton), nekton, dan benthos. Epiphyton
adalah jenis plankton, baik phytoplankton maupun zooplankton yang hidup
menempel pada benda – benda air atau melayang – layang dalam air.
Nekton adalah jenis plankton yang bisa bergerak aktif. Sedangkan
benthos adalah jenis plankton yang hidup menetap di bagian dasar
perairan.
Pakan
alami tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung bahan – bahan
organik dan anorganik serta menerima sinar matahari secara langsung. Tetapi
pakan ini bisa pula ditumbuhkan dalam tempat yang sempit, tertutup dan
di dalam media yang terbatas asalkan memenuhi persyaratan tumbuh,
seperti suhu, intensitas cahaya, dll. Tidak semua jenis plankton memenuhi persyaratan untuk dijadikan pakan alami. Beberapa
faktor yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan apakah
jenis plankton itu termasuk kategori pakan alami adalah sebagai berikut :
a. Bentuk dan ukuran sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan pemakannya
b. Mudah diproduksi secara massal
c. Kandungan sumber nutrisinya tinggi
d. Isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna oleh ikan
e. Cepat berkembangbiak dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga lestari ketersediaannya
f. Tidak mengeluarkan senyawa beracun
g. Gerakannya menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap.
Pada
materi ini yang akan dibahas adalah golongan pakan alami yang terdiri
dari Fitoplankton, Zooplankton, dan Bentos beserta jenisnya.
BAB II
PHYTOPLANKTON
1. Defenisi Phytoplankton
Phytoplankton
adalah organisme air yang berukuran kecil yang melayang – layang
mengikuti pergerakan air dan berupa jasad nabati. Ukurannya sangat
kecil, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang paling
umum berkisar antara 2 – 200 µm (1 µm = 0,001 mm). Umumnya berupa
individu bersel tunggal, tetapi ada juga yang membentuk rantai.
Meskipun ukurannya sangat halus namun bila mereka tumbuh sangat lebat
dan padat bisa menyebabkan perubahan pada warna air laut yang bisa
terlihat. Phytoplankton
merupakan jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga
siang hari. Hal ini dikarenakan phytoplankton merupakan jenis tumbuhan
mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Adapun ciri – ciri phytoplankton lebih lengkapnya sebagai berikut :
- Merupakan produsen
- Berbentuk filamen, atau multisel
- melayang-layang di air – gerakannya mengikuti arus, angin, ombak
- merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ekosistem laut
- mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. (senyawa anorganik, nitrat, fosfat, energi matahari dan CO2)
- Selalu di permukaan air, karena sebagai tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk fostosintesa
Fitoplankton
mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni
dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Karena
kemampuannya memproduksi bahan organik dari bahan inorganik dengan
proses fotosintesis maka fitoplankton disebut juga sebagai produsen
primer (primary producer).
Meskipun
fitoplankton membentuk sejumlah besar biomassar di laut, kelompok ini
hanya diwakili oleh beberapa filum saja. Phytoplankton yang hidup di
dalam perairan ini akan memberikan warna yang khas pada perairan
tersebut seperti berwarna hijau, biru atau cokelat. Hal ini dikarenakan
di dalam tubuh phytoplankton terdapat zat warna atau pigmen. Zat warna
atau pigmen ini dapat diklasifikasikan seperti berikut.
- 1. Warna biru (Fikosianin)
- 2. Warna hijau (Klorofil)
- 3. Warna pirang (Fikosantin)
- 4. Warna merah (Fikoeritrin)
- 5. Warna kuning (Xantofil)
- 6. Warna keemasan (Karoten)
2. Jenis – Jenis Phytoplankton
Untuk mengetahui lebih jauh tentang jenis – jenis phytoplankton
terlebih dahulu harus kita ketahui sistem taksonomi atau klasifikasi
dari phytoplankton. Taksonomi
tumbuh-tumbuhan berbeda dengan atau tidak tergantung pada taksonomi
hewan, walaupun takson-takson tingkat menengah dan bawah sama dengan
takson hewan seperti suku, marga dan jenis. Dunia tumbuh-tumbuhan
dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta dan Spermatophyta. Dari keempat divisi ini, hanya
Thallophyta dan Spermatophyta yang terdapat di laut. Bryophyta dan
Pteridopyta khusus tumbuh-tumbuhan darat.
Karena
kita berbicara tentang phytoplankton, maka kita hanya akan membahas
tentang divisi utama Thallopyta. Hampir semua kelompok tumbuh-tumbuhan
laut termasuk dalam divisi ini. Sifat
khas divisi ini adalah primitif, artinya badannya sedikit atau tidak
terbagi-bagi dalam alat vegetatif seperti akar yang sebenarnya, ranting
atau cabang dan daun. Kelompok dari divisi ini adalah alga laut dan
bakteri laut. Kita tidak membahas tentang bakteri laut karena bukan
bidang telaahan kita pada materi kita kali ini.
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada pula yang bercahaya. Hal ini disebabkan oleh pigmen – pigmen dari kromatofor (chromatophore)
menyadap sinar matahari untuk fotosintesis. Pembagian kelas dari
divisi ini didasarkan pada perbedaan warna yang dimiliki. Kelas – kelas
tumbuhan dari Thallophyta adalah :
- Myxophyceae (Alga hijau – biru)
- Chlorophyceae (Alga hijau)
- Phaeophyceae / Bacillariophyceae (Alga coklat)
- Rhodophyceae (Alga merah)
- Chrysophyceae (Alga hijau – kuning)
Telah
disebutkan di atas bahwa warna memberi sifat kelas tumbuh – tumbuhan
laut ini tetapi sifat – sifat lain yang berkaitan dengan struktur sel
dan daur hidup lebih fundamental dalam membeda – bedakan kelima kelas
alga laut tersebut. Setiap kelompok mempunyai bentuk yang sangat beragam.
a. Myxophyceae (Alga hijau – biru)
Kelas
ini terdiri dari tumbuh – tumbuhan kecil yang kurang terorganisasi,
beberapa diantaranya terdiri dari tumbuh – tumbuhan bersel tunggal dan
lainnya bersel banyak. Warna tumbuh – tumbuhan ini disebabkan
terdapatnya pigmen tambahan terlarut dalam air yang dinamakan fikosianin
(phycocyanin).
Dinding
sel dari kelompok ini biasanya terdiri dari bahan kitin, bukan selulosa
seperti yang dimiliki oleh tumbuh – tumbuhan lain. Beberapa
bersifat endofitik (endophytic), yaitu mereka yang hidup di dalam tubuh
tumbuh – tumbuhan lain dalam suatu asosiasi yang dinamakan simbiosis.
Misalnya di dalam sel diatom, Rhizosolenia, mungkin hidup alga jenis Richelia intracellularis.
Perkembangbiakan
dilakukan dengan pembelahan aseksual. Sederhananya adalah satu sel
tumbuhan membelah menjadi dua sel tumbuhan yang lebih kecil ukurannya.
Setelah tumbuh kemudian membelah menjadi dua dan seterusnya. Jenis
alga yang membentuk rantai sel, rantai itu membelah menjadi bagian –
bagian yang lebih kecil sebagai tubuh perkembang – biakan yang dinamakan
hormogonia (Y : hormos = rantai; gone = generasi). Pembelahan sel
dalam hormogonia menambah panjangnya rantai. Contoh : Richelia intracellularis, anabaena torulosa, trychodesmium erythraeum, T. contortum, T. thiebauti, T. hildebrantii.
Sebaran
kelompok ini lebih banyak di air tawar dan payau sedangkan di laut
kurang penting. Di perairan laut bersuhu hangat mereka pada saat – saat
tertentu menimbulkan gejala lendir.
b. Chlorophyceae (Alga hijau)
Sesuai
dengan namanya, kelompok alga ini berwarna hijau. Pigmen
dari kloroplas (chloroplast), yakni bentuk sel yang mengandung pigmen
untuk fotosintesis, mencakup dua jenis klorofil, yakni klorofil-a dan
klorofil-b, dan berbagai karotinoid. Warna kuning dan oranye dari
pigmen karotinoid tertutup oleh berlimpahnya klorofil yang berwarna
hijau.
Perkembangbiakan
dilakukan dengan cara seksual dan aseksual. Alga
hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas, khususnya di
belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut
sampai kejelukan 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat
penyinaran matahari bagus. Alga ini terdapat berlimpah di perairan
hangat (tropik). Di laut Kutub Utara, alga hijau ini lebih jarang
ditemukan dan bentuknya kerdil. Beberapa contoh marga dari alga hijau
yaitu Caulerpa
(C. racemosa, C. Sertularioides, C. Prolifera, C. floridana), Ulva (U.
Reticulata, U. lactuca), Valonia (Valonia ventricosa), Dictyosphaera
(Dyctyosphaera cavernosa), Halimeda(H. scabra, H. fragilis, H. opuntia,
H. monile, H. Incrassata), Chaetomorpha (C. crassa), Codium (C.
tomentosum, C. decorticatum), Udotea, Tydemania (T. expeditionis),
Bernetella (B. nitida), Burgesenia(B. forbesii), Neomeris (N. annulata).
c. Phaeophyceae (Alga coklat)
Alga coklat hampir semuanya tumbuh – tumbuhan laut, hanya sedikit yang hidup di air tawar. Pigmen
– pigmen dari kelas ini terdiri dari klorofil yang ditutupi oleh pigmen
– pigmen kuning dan coklat, santofil (xanthophyll), karoten dan
fukosantin (fucoxanthin). Merupakan kelompok alga yang terbesar ukurannya diantara kelompok alga laut.
Alga
coklat berkembang sangat baik di perairan dingin, karenanya alga ini
khas tumbuh – tumbuhan pantai berbatu di daerah lintang tinggi. Sedangkan Sargassum dan alga lain dari ordo Fucales merupakan alga dari perairan tropik dan subtropik. Alga coklat berkembang biak secara seksual.
Di Indonesia ada delapan marga alga coklat yang sering ditemukan yaitu Cystoseira sp, Dictyopteris sp, Dictyota, Hormophysa, Hydroclathrus, Padina, Sargassum, dan Turbinaria.
d. Rhodophyceae (Alga merah)
Hampir
semua alga merah adalah tumbuh – tumbuhan laut. Diantara kelompok –
kelompok alga laut, alga merah yang teramat mencolok dalam hal warna.
Beberapa diantaranya bercahaya. Banyak dari jenis – jenis yang kecil
sekali ukurannya merupakan benda – benda makroskopik yang indah. Pigmen
– pigmen ari kromatofor terdiri dari klorofil biasa bersama – sama
dengan santofil, karotin dan sebagai tambahan fikoeritrin yang merah dan
kadang – kadang fikosianin.
Berbagai
warna tumbuh – tumbuhan terdapat dalam kelompok alga ini. Ada yang
merah ungu, violet, dan cokelat atau hijau. Jenis – jenis yang tumbuh
di tempat yang jeluk berwarna cokelat murni. Ini
mungkin berkaitan dengan kemampuan mensintesis secara efisien pada
cahaya yang redup pada perairan yang jeluk dibandingkan dengan jenis –
jenis yang hidup di perairan dangkal.
BAB III
ZOOPLANKTON
1. Defenisi Zooplankton
Zooplankton,
disebut juga plankton hewani, hewan yang hidupnya mengapung, atau
melayang dalam perairan. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga
keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton
bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri
bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan
hidupnya ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang
menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
Ukurannya
yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran
besar misalnya ubur – ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai hampir di semua perairan mulai dari tawar, estuaria sampai laut.
Zooplankton
ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam.
Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan
dalam ke permukaan. Hampir
semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar
laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni
ketika masih berupa telur dan larva. Baru dikemudian hari menjelang
dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubha menjadi
nekton atau bentos.
2. Jenis – Jenis Zooplankton
1 Protozoa
Protozoa dibagi dalam 4 kelas yaitu : Rhizopoda, Ciliata, Flagellata
dan Sporozoa. Kelas Sporozoa tidak ada yang hidup sebagai plankton
karena semuanya merupakan plankton seperti Plasmodium dan Nyzobulus yang
hidup dalam tubuh manusia dan ikan. Mengenai Flagellata, dalam hal ini ”Zooflagellata” yang hidup sebagai plankton (freeliving) sebetulnya semuanya merupakan tipe holozoik dari alga yang berflagel seperti Pyrrophyta (Sachlan, 1982).
Beberapa flagelata diklasifikasikan sebagai Fitoflagelata, akan
tetapi karena memiliki sedikit pigmen fotosintesis dan makan dengan cara
memangsa maka dimasukkan ke dalam golongan zooplankton. Jenis ini
paling banyak terdapat dalam peridinia dan paling banyak diketahui
adalah Nocticula miliaris dengan ciri – ciri memiliki diameter 200 –
1200 µm dan ditandai dengan flagelum yang panjangnya sama dengan
tubuhnya, jenis ini dapat melakukan bioluminisense (Bougis, 1976).
Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada hanya
beberapa golongan yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Cilliata
ini merupakan zooplankton sejati di air tawar, tetapi banyak hidup
diantara Periphyton atau di dasar sebagai bentos, dimana terdapat banyak
detritus yang membusuk (Sachlan, 1982).
Rhizopoda merupakan zooplankton yang penting di air laut maupun air
tawar, selain itu ia juga penting untuk ilmu Paleontologi dan Geologi.
Rhizopoda memiliki arti kaki- kaki yang bentuknya seperti akar tumbuh-
tumbuhan yang tidak teratur. Rhizopoda dianggap berasal dari
genera-genera alga dari Saprophytic-type seperti Chloramoeba,
Gametamoeba, dan Chrysamoeba. Rhizopora terdiri dari beberapa
ordo:Amoebina, Foraminifera, Radiolaria dan Heliozoa (Sachlan, 1982).
Contoh genus dari filum Protozoa antara lain : Paramecium, Vorticella,
Dileptus, Dinoclonium, dan Rabdonella ( Hutabarat dan Evans, 1986).
2. Cnidaria
Cnidaria terdiri dari klas Hydrozoa, Scypozoa, dan
Anthozoa. Hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan
terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil yang hidup sebagai
plankton (Sachlan, 1982).
Bentuk morfologi Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun memiliki
struktur yang sederhana. Cnidaria memiliki 2 lapisan sel, yaitu external
dan lapisan internal yang dipisahkan oleh lapisan gelatin non selular
yang disebut mesoglea. Karakteristik penting Cnidaria adalah adanya sel penyengat (nematocysts) yang menyuntikkan venum yang dapat melumpuhkan mangsanya (Bougis, 1976).
Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah ubur-ubur
dari kelas Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan
aneh dikenal dengan nama sifonofora. Ubur-ubur dari kelas Scypozoa
merupakan organisme plankton terbesar dan kadang-kadang terdapat dalam
jumlah besar (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Cnidaria antara
lain : Obelia, Liriope, Bougaivillia, Diphyes ( Hutabarat dan Evans,
1986).
3. Ctenophora
Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan
Cnidaria sebagian besar bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah
karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakel- tentakel yang
lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untuk bergerak dalam
air menggunakan deretan- deretan silia yang besar yang disebut stenes
(Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak
adanya sel penyengat (nematocysts) pada Ctebophora tetapi memiliki sel
pelengket yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan
mangsanya (Bougis, 1976).
Ctenophora dahulu di masukkan dalam filum Coelenterata tetapi
kemudian di pisahkan, karena tidak mempunyai nematokis dan hanya
mempunyai struktur-struktur seperti sisir (cteno). Spesies
ini sangat transparan dan tidak berwarna (Sachlan, 1982). Contoh genus
dari filum Ctenophora antara lain : Pleurobrachia, Velamen, Beroe (
Hutabarat dan Evans, 1986).
4. Annelida
Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di
perairan air tawar jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo
Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di
kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai
yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva- larva
Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur,
berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai tractus digesvitus agar
di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus (
Sachlan, 1982).
5. Arthropoda
Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar zooplankton adalah anggota
filum arthropoda. Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea yang hidup
sebagai plankton dan merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di
perairan air tawar maupun air laut. Crustacea berarti hewan-hewan yang
mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna.
Crustacea dapat dibagi menjadi 2 golongan: Entomostracea atau
udang-udangan tingkat rendah dan Malacostracea atau udang-udangan
tingkat tinggi. Sebagian besar dari larva Malacostracea merupakan
meroplankton dan sebagian besar mati sebagai plankton karena di makan
oleh spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan.
Entomostracea yang terdiri dari ordo-ordo Branchiopoda, Ostracoda,
Copepoda dan Cirripedia, tidak mempunyai stadium zoea seperti halnya
Malocostracea. Entomostracea yang merupakan zooplankton ialah Cladocera,
Ostracoda dan Copepoda, sedangkan dari Malacostracea hanya Mycidacea
dan Euphausiacea yang merupakan zooplankton kasar atau makrozooplankton
(Sachlan, 1982).
Salah satu subkelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah
Copepoda. Copepoda adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang
mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnya
copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan
beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk
menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara
menyaringnya melalui rambut–rambut (setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut (maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya (Nybakken, 1992).
Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda merupakan biota plankton
yang mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang berukuran besar
(2500 µm) pada suatu perairan dengan kelimpahan mencapai 30% atau lebih
sepanjang tahun dan dapat meningkat sewaktu-waktu selama masa
reproduksi.
Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan
persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam
ekosistem laut. Beberapa diantaranya bersifat herbivor (pemakan
fitoplankton) dan membentuk rantai makanan antara fitoplankton dan ikan.
Copepoda merupakan organisme laut yang sangat beragam dan melimpah, dan
merupakan mata rantai yang sangat penting dalam rantai makanan dan
ekonomi lautan (Wickstead 1976). Contoh genus dari Arthropoda antara
lain Paracalanus, Pseudocalanus, Acartia, Euchaeta, Calanus, Oithona,
Microsetella (Hutabarat dan Evans, 1986).
6. Moluska
Moluska terdiri dari klas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan Cephalopoda. Di periran air tawar, meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu berperan penting (Sachlan, 1982).
Filum Moluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lambat.
Namun, terdapat pula bermacam moluscka yang telah mengalami adaptasi
khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Moluska planktonik yang
telah mengalami modifikasi tertinggi ialah ptepropoda dan heteropoda.
Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan siput dan termasuk
kelas Gastropoda. Ada dua tipe pteropoda, yang bercangkang (ordo
Thecosomata) dan yang telanjang (ordo Gymnosomata). Pteropoda
bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora), cangkangnya rapuh dan
berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap. Pteropoda telanjang
dapat berenang lebih cepat daripada yang bercangkang. Heteropoda adalah
karnivora berukuran besar dengan tubuh seperti agar-agar yang tembus
cahaya (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Moluska antara lain :
Creseis, Limacina, Cavolina, Diacria, Squid ( Hutabarat dan Evans,
1986).
7. Echinodermata
Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang
termasuk meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva Chordata,
sehingga ada anggapan bahwa Chordata adalah keturunan Echinodermata.
Genus-genus Echinodermata yang larva-larvanya merupakan meroplankton
ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada pada waktunya
akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-fauna (Sachlan,
1982).
Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya.
Sama seperi hewan lainnya lamanya menjadi larva pelagik tergantung pada
telurnya, kurang baik atau sudah bagus (Newell dan Newell, 1977).
Contoh genus dari filum Echinodermata antara lain : Echinopluteus,
Ophiopluteus, dan Auricularia (Hutabarat dan Evans, 1986).
8. Chordata
Chordata termasuk dalam ordo Mamalia,menurut evolusi merupakan keturunan dari spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan larva-larva Echinodermata. Dari 4 subfilum dari Chordata hanya ada 2 yang hidup sebagai zooplankton yaitu Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang bentuknya seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-larva (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Chordata antara lain : Thalia, Oikopleura, dan Fritillaria
(Hutabarat dan Evans, 1986).