Rabu, 07 Oktober 2015

identifikasi pakan alami

Identifikasi Jenis - Jenis Pakan Alami


BAB I

IDENTIFIKASI JENIS – JENIS PAKAN ALAMI


1.           Defenisi Pakan Alami

Apakah pakan alami itu?  Sebelum membicarakan pakan alami perlu dipahami terlebih dahulu arti katanya.  Pakan merupakan peristilahan yang digunakan dalam dunia perikanan yang mempunyai arti makanan.  Alami menurut arti katanya adalah sesuatu yang berasal dari alam.  Oleh karena itu, pakan alami bisa diartikan sebagai  pakan yang berasal dari alam yang dijadikan sebagai sumber makanan bagi organisme budidaya utamanya yang masih berbentuk larva dan ketersediaannya dapat diusahakan atau dibudidayakan.
Dalam kenyataan sehari – hari, ada dua macam pakan yang umumnya diberikan kepada organisme budidaya yaitu pakan alami dan pakan buatan.  Pakan alami umumnya diberikan kepada organisme budidaya yang masih stadia larva karena ukuran pakan alami cocok dengan bukaan mulut larva sedangkan pakan buatan umumnya diberikan kepada organisme budidaya yang sudah berukuran besar.  Pakan alami memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pakan buatan yaitu nilai gizinya sangat lengkap dan sesuai dengan tubuh ikan, tidak menyebabkan penurunan kualitas air pada wadah budidaya ikan, meningkatkan daya tahan tubuh benih ikan terhadap penyakit dan perubahan kualitas air, mudah ditangkap karena pergerakan pakan alami tidak begitu aktif dan berukuran kecil sesuai dengan bukaan mulut larva.

2.     Jenis – Jenis Pakan Alami
Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.  Istilah “plankton” diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, yang berasal dari bahasa Yunani,”planktos”, yang berarti menghanyut atau mengembara.
Plankton sebagai pakan alami dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu plankton nabati atau fitoplankton dan plankton hewani atau zooplankton.  Tetapi menurut ekologi dan cara hidupnya, plankton dibedakan menjadi 3 golongan yaitu epiphyton (peryphyton), nekton, dan benthos.  Epiphyton adalah jenis plankton, baik phytoplankton maupun zooplankton yang hidup menempel pada benda – benda air atau melayang – layang dalam air.  Nekton adalah jenis plankton yang bisa bergerak aktif.  Sedangkan benthos adalah jenis plankton yang hidup menetap di bagian dasar perairan.
Pakan alami tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung bahan – bahan organik dan anorganik serta menerima sinar matahari secara langsung.  Tetapi pakan ini bisa pula ditumbuhkan dalam tempat yang sempit, tertutup dan di dalam media yang terbatas asalkan memenuhi persyaratan tumbuh, seperti suhu, intensitas cahaya, dll.  Tidak semua jenis plankton memenuhi persyaratan untuk dijadikan pakan alami.  Beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan apakah jenis plankton itu termasuk kategori pakan alami adalah sebagai berikut :
a.      Bentuk dan ukuran sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan pemakannya
b.      Mudah diproduksi secara massal
c.       Kandungan sumber nutrisinya tinggi
d.      Isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna oleh ikan
e.      Cepat berkembangbiak dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga lestari ketersediaannya
f.        Tidak mengeluarkan senyawa beracun
g.      Gerakannya menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap.
Pada materi ini yang akan dibahas adalah golongan pakan alami yang terdiri dari Fitoplankton, Zooplankton, dan Bentos beserta jenisnya.








BAB II
PHYTOPLANKTON

1.     Defenisi Phytoplankton
Phytoplankton adalah organisme air yang berukuran kecil yang melayang – layang mengikuti pergerakan air dan berupa jasad nabati.  Ukurannya sangat kecil, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.  Ukuran yang paling umum berkisar antara 2 – 200 µm (1 µm = 0,001 mm).  Umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi ada juga yang membentuk rantai.  Meskipun ukurannya sangat halus namun bila mereka tumbuh sangat lebat dan  padat bisa menyebabkan perubahan pada warna air laut yang bisa terlihat.  Phytoplankton merupakan jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan phytoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis.  Adapun ciri – ciri phytoplankton  lebih lengkapnya sebagai berikut :
  • Merupakan produsen
  • Berbentuk filamen, atau multisel
  • melayang-layang di air – gerakannya mengikuti arus, angin, ombak
  • merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ekosistem laut
  • mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. (senyawa anorganik, nitrat, fosfat, energi matahari dan CO2)
  • Selalu  di permukaan air, karena sebagai tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk fostosintesa
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya.  Karena kemampuannya memproduksi bahan organik dari bahan inorganik dengan proses fotosintesis maka fitoplankton disebut juga sebagai produsen primer (primary producer).
Meskipun fitoplankton membentuk sejumlah besar biomassar di laut, kelompok ini hanya diwakili oleh beberapa filum saja.  Phytoplankton yang hidup di dalam perairan ini akan memberikan warna  yang khas pada perairan tersebut seperti berwarna hijau, biru atau cokelat.  Hal ini dikarenakan di dalam tubuh phytoplankton terdapat zat warna atau pigmen.  Zat warna atau pigmen ini dapat diklasifikasikan seperti berikut.
  • 1.      Warna biru (Fikosianin)
  • 2.      Warna hijau (Klorofil)
  • 3.      Warna pirang (Fikosantin)
  • 4.      Warna merah (Fikoeritrin)
  • 5.      Warna kuning (Xantofil)
  • 6.      Warna keemasan (Karoten)
2.      Jenis – Jenis Phytoplankton

  Untuk mengetahui lebih jauh tentang jenis – jenis phytoplankton terlebih dahulu harus kita ketahui  sistem taksonomi atau klasifikasi dari phytoplankton.  Taksonomi tumbuh-tumbuhan berbeda dengan atau tidak tergantung pada taksonomi hewan, walaupun takson-takson tingkat menengah dan bawah sama dengan takson hewan seperti suku, marga dan jenis.  Dunia tumbuh-tumbuhan dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta dan Spermatophyta.  Dari keempat divisi ini, hanya Thallophyta dan Spermatophyta yang terdapat di laut.  Bryophyta dan Pteridopyta khusus tumbuh-tumbuhan darat. 
Karena kita berbicara tentang phytoplankton, maka kita hanya akan membahas tentang divisi utama Thallopyta.  Hampir semua kelompok tumbuh-tumbuhan laut termasuk dalam divisi ini.  Sifat khas divisi ini adalah primitif, artinya badannya sedikit atau tidak terbagi-bagi dalam alat vegetatif seperti akar yang sebenarnya, ranting atau cabang dan daun.  Kelompok dari divisi ini adalah alga laut dan bakteri laut.  Kita tidak membahas tentang bakteri laut karena bukan bidang telaahan kita pada materi kita kali ini.
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada pula yang bercahaya.  Hal ini disebabkan oleh pigmen – pigmen dari kromatofor (chromatophore) menyadap sinar matahari untuk fotosintesis.  Pembagian kelas dari divisi ini didasarkan pada perbedaan warna yang dimiliki.  Kelas – kelas tumbuhan dari Thallophyta adalah :
  1.  Myxophyceae (Alga hijau – biru)
  2.  Chlorophyceae (Alga hijau)
  3.  Phaeophyceae / Bacillariophyceae (Alga coklat)
  4.  Rhodophyceae (Alga merah)
  5.  Chrysophyceae (Alga hijau – kuning)
Telah disebutkan di atas bahwa warna memberi sifat kelas tumbuh – tumbuhan laut ini tetapi sifat – sifat lain yang berkaitan dengan struktur sel dan daur hidup lebih fundamental dalam membeda – bedakan kelima kelas alga laut tersebut.  Setiap kelompok mempunyai bentuk yang sangat beragam.



a.      Myxophyceae (Alga hijau – biru)
Kelas ini terdiri dari tumbuh – tumbuhan kecil yang kurang terorganisasi, beberapa diantaranya terdiri dari tumbuh – tumbuhan bersel tunggal dan lainnya bersel banyak.  Warna tumbuh – tumbuhan ini disebabkan terdapatnya pigmen tambahan terlarut dalam air yang dinamakan fikosianin (phycocyanin).
Dinding sel dari kelompok ini biasanya terdiri dari bahan kitin, bukan selulosa seperti yang dimiliki oleh tumbuh – tumbuhan lain.  Beberapa bersifat endofitik (endophytic), yaitu mereka yang hidup di dalam tubuh tumbuh – tumbuhan lain dalam suatu asosiasi yang dinamakan simbiosis.  Misalnya di dalam sel diatom, Rhizosolenia, mungkin hidup alga jenis Richelia intracellularis.
Perkembangbiakan dilakukan dengan pembelahan aseksual.  Sederhananya adalah satu sel tumbuhan membelah menjadi dua sel tumbuhan yang lebih kecil ukurannya.  Setelah tumbuh kemudian membelah menjadi dua dan seterusnya.  Jenis alga yang membentuk rantai sel, rantai itu membelah menjadi bagian – bagian yang lebih kecil sebagai tubuh perkembang – biakan yang dinamakan hormogonia (Y : hormos = rantai; gone = generasi).  Pembelahan sel dalam hormogonia menambah panjangnya rantai.  Contoh : Richelia intracellularis, anabaena torulosa, trychodesmium erythraeum, T. contortum, T. thiebauti, T. hildebrantii.
Sebaran kelompok ini lebih banyak di air tawar dan payau sedangkan di laut kurang penting.  Di perairan laut bersuhu hangat mereka pada saat – saat tertentu menimbulkan gejala lendir.



b.      Chlorophyceae (Alga hijau)
Sesuai dengan namanya, kelompok alga ini berwarna hijau.  Pigmen dari kloroplas (chloroplast), yakni bentuk sel yang mengandung pigmen untuk fotosintesis, mencakup dua jenis klorofil, yakni klorofil-a dan klorofil-b, dan berbagai karotinoid.  Warna kuning dan oranye dari pigmen karotinoid tertutup oleh berlimpahnya klorofil yang berwarna hijau.
Perkembangbiakan dilakukan dengan cara seksual dan aseksual.  Alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut sampai kejelukan 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran matahari bagus.  Alga ini terdapat berlimpah di perairan hangat (tropik).  Di laut Kutub Utara, alga hijau ini lebih jarang ditemukan dan bentuknya kerdil.  Beberapa contoh marga dari alga hijau yaitu Caulerpa (C. racemosa, C. Sertularioides, C. Prolifera, C. floridana), Ulva (U. Reticulata, U. lactuca), Valonia (Valonia ventricosa), Dictyosphaera (Dyctyosphaera cavernosa), Halimeda(H. scabra, H. fragilis, H. opuntia, H. monile, H. Incrassata), Chaetomorpha (C. crassa), Codium (C. tomentosum, C. decorticatum), Udotea, Tydemania (T. expeditionis), Bernetella (B. nitida), Burgesenia(B. forbesii), Neomeris (N. annulata).




c.       Phaeophyceae (Alga coklat)
Alga coklat hampir semuanya tumbuh – tumbuhan laut, hanya sedikit yang hidup di air tawar.  Pigmen – pigmen dari kelas ini terdiri dari klorofil yang ditutupi oleh pigmen – pigmen kuning dan coklat, santofil (xanthophyll), karoten dan fukosantin (fucoxanthin).  Merupakan kelompok alga yang terbesar ukurannya diantara kelompok alga laut.
Alga coklat berkembang sangat baik di perairan dingin, karenanya alga ini khas tumbuh – tumbuhan pantai berbatu di daerah lintang tinggi.  Sedangkan Sargassum dan alga lain dari ordo Fucales merupakan alga dari perairan tropik dan subtropik.  Alga coklat berkembang biak secara seksual.
Di Indonesia ada delapan marga alga coklat yang sering ditemukan yaitu Cystoseira sp, Dictyopteris sp, Dictyota, Hormophysa, Hydroclathrus, Padina, Sargassum, dan Turbinaria.






d.      Rhodophyceae (Alga merah)
Hampir semua alga merah adalah tumbuh – tumbuhan laut.  Diantara kelompok – kelompok alga laut, alga merah yang teramat mencolok dalam hal warna.  Beberapa diantaranya bercahaya.  Banyak dari jenis – jenis yang kecil sekali ukurannya merupakan benda – benda makroskopik yang indah.  Pigmen – pigmen ari kromatofor terdiri dari klorofil biasa bersama – sama dengan santofil, karotin dan sebagai tambahan fikoeritrin yang merah dan kadang – kadang fikosianin.
Berbagai warna tumbuh – tumbuhan terdapat dalam kelompok alga ini.   Ada yang merah ungu, violet, dan cokelat  atau hijau.  Jenis – jenis yang tumbuh di tempat yang jeluk berwarna cokelat murni.  Ini mungkin berkaitan dengan kemampuan mensintesis secara efisien pada cahaya yang redup pada perairan yang jeluk dibandingkan dengan jenis – jenis yang hidup di perairan dangkal.








BAB III

ZOOPLANKTON

1.     Defenisi Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam perairan.  Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya.  Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik.  Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya.  Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur – ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter.  Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath).  Zooplankton dapat dijumpai hampir di semua perairan mulai dari tawar, estuaria sampai laut.
Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam.  Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan.  Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa telur dan larva.  Baru dikemudian hari menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubha menjadi nekton atau bentos.
2.       Jenis – Jenis Zooplankton

1 Protozoa
Protozoa dibagi dalam 4 kelas yaitu : Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan Sporozoa. Kelas Sporozoa tidak ada yang hidup sebagai plankton karena semuanya merupakan plankton seperti Plasmodium dan Nyzobulus yang hidup dalam tubuh manusia dan ikan. Mengenai Flagellata, dalam hal ini ”Zooflagellata” yang hidup sebagai plankton (freeliving) sebetulnya semuanya merupakan tipe holozoik dari alga yang berflagel seperti Pyrrophyta (Sachlan, 1982).
Beberapa flagelata diklasifikasikan sebagai Fitoflagelata, akan tetapi karena memiliki sedikit pigmen fotosintesis dan makan dengan cara memangsa maka dimasukkan ke dalam golongan zooplankton. Jenis ini paling banyak terdapat dalam peridinia dan paling banyak diketahui adalah Nocticula miliaris dengan  ciri – ciri memiliki diameter 200 – 1200 µm dan ditandai dengan flagelum yang panjangnya sama dengan tubuhnya, jenis ini dapat melakukan bioluminisense (Bougis, 1976).
Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada hanya beberapa golongan yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air tawar, tetapi banyak hidup diantara Periphyton atau di dasar sebagai bentos, dimana terdapat banyak detritus yang membusuk (Sachlan, 1982).
Rhizopoda merupakan zooplankton yang penting di air laut maupun air tawar, selain itu ia juga penting untuk ilmu Paleontologi dan Geologi. Rhizopoda memiliki arti kaki- kaki yang bentuknya seperti akar tumbuh- tumbuhan yang tidak teratur. Rhizopoda dianggap berasal dari genera-genera alga dari Saprophytic-type seperti Chloramoeba, Gametamoeba, dan Chrysamoeba. Rhizopora terdiri dari beberapa ordo:Amoebina, Foraminifera, Radiolaria dan Heliozoa (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Protozoa antara lain : Paramecium, Vorticella, Dileptus, Dinoclonium, dan Rabdonella ( Hutabarat dan Evans, 1986).

2. Cnidaria
          Cnidaria terdiri dari klas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).
Bentuk morfologi Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun memiliki struktur yang sederhana. Cnidaria memiliki 2 lapisan sel, yaitu external dan lapisan internal yang dipisahkan oleh lapisan gelatin non selular yang disebut mesoglea. Karakteristik penting Cnidaria adalah adanya sel penyengat (nematocysts) yang menyuntikkan venum yang dapat melumpuhkan mangsanya (Bougis, 1976).
Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah ubur-ubur dari kelas Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh dikenal dengan nama sifonofora. Ubur-ubur dari kelas Scypozoa merupakan organisme plankton terbesar dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Cnidaria antara lain : Obelia, Liriope, Bougaivillia, Diphyes ( Hutabarat dan Evans, 1986).

3. Ctenophora
          Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan Cnidaria sebagian besar bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakel- tentakel yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untuk bergerak dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang besar yang disebut stenes (Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak adanya sel penyengat (nematocysts) pada Ctebophora tetapi memiliki sel pelengket yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya (Bougis, 1976).
Ctenophora dahulu di masukkan dalam filum Coelenterata tetapi kemudian di pisahkan, karena tidak mempunyai nematokis dan hanya mempunyai     struktur-struktur seperti sisir (cteno). Spesies ini sangat transparan dan tidak berwarna (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Ctenophora antara lain : Pleurobrachia, Velamen, Beroe ( Hutabarat dan Evans, 1986).


4. Annelida 
Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan air tawar jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva- larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus ( Sachlan, 1982).








5. Arthropoda
Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar zooplankton adalah anggota filum arthropoda. Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea yang hidup sebagai plankton dan merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di perairan air tawar maupun air laut. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi menjadi 2 golongan: Entomostracea atau udang-udangan tingkat rendah dan Malacostracea atau udang-udangan tingkat tinggi. Sebagian besar dari larva Malacostracea merupakan meroplankton dan sebagian besar mati sebagai plankton karena di makan oleh spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan. Entomostracea yang terdiri dari ordo-ordo Branchiopoda, Ostracoda, Copepoda dan Cirripedia, tidak mempunyai stadium zoea seperti halnya Malocostracea. Entomostracea yang merupakan zooplankton ialah Cladocera, Ostracoda dan Copepoda, sedangkan dari Malacostracea hanya Mycidacea dan Euphausiacea yang merupakan zooplankton kasar atau makrozooplankton (Sachlan, 1982).
Salah satu subkelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah Copepoda. Copepoda adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui                rambut–rambut (setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut (maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya (Nybakken, 1992).
Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda merupakan biota plankton yang mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang berukuran besar       (2500 µm) pada suatu perairan dengan kelimpahan mencapai 30% atau lebih sepanjang tahun dan dapat meningkat sewaktu-waktu selama masa reproduksi.
Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem laut. Beberapa diantaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan membentuk rantai makanan antara fitoplankton dan ikan. Copepoda merupakan organisme laut yang sangat beragam dan melimpah, dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam rantai makanan dan ekonomi lautan (Wickstead 1976).   Contoh genus dari Arthropoda antara lain Paracalanus, Pseudocalanus, Acartia, Euchaeta, Calanus, Oithona, Microsetella (Hutabarat dan Evans, 1986).




6. Moluska
Moluska terdiri dari klas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan Cephalopoda. Di periran air tawar, meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu berperan penting (Sachlan, 1982).
Filum Moluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lambat. Namun, terdapat pula bermacam moluscka yang telah mengalami adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Moluska planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah ptepropoda dan heteropoda.  Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan siput dan termasuk kelas Gastropoda. Ada dua tipe pteropoda, yang bercangkang (ordo Thecosomata) dan yang telanjang (ordo Gymnosomata). Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora), cangkangnya rapuh dan berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap. Pteropoda telanjang dapat berenang lebih cepat daripada yang bercangkang. Heteropoda adalah karnivora berukuran besar dengan tubuh seperti agar-agar yang tembus cahaya (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Moluska antara lain : Creseis, Limacina, Cavolina, Diacria, Squid ( Hutabarat dan Evans, 1986).



7. Echinodermata
Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang termasuk meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva Chordata, sehingga ada anggapan bahwa Chordata adalah keturunan Echinodermata. Genus-genus Echinodermata yang larva-larvanya merupakan meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada pada waktunya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-fauna (Sachlan, 1982).
Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya. Sama seperi hewan lainnya lamanya menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya, kurang baik atau sudah bagus (Newell dan Newell, 1977). Contoh genus dari filum Echinodermata antara lain : Echinopluteus, Ophiopluteus, dan Auricularia   (Hutabarat dan Evans, 1986).





8. Chordata

Chordata termasuk dalam ordo Mamalia,menurut evolusi merupakan keturunan dari spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan larva-larva Echinodermata. Dari 4 subfilum dari Chordata hanya ada 2 yang hidup sebagai zooplankton yaitu Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang bentuknya seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-larva (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Chordata antara lain : Thalia, Oikopleura, dan Fritillaria
(Hutabarat dan Evans, 1986).

Cara Membuat Pakan Ikan


Pakan merupakan komponen paling penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele. Sialnya, harga pakan lele tidak murah. Sebagian besar bahan bakunya diimpor. Hal ini banyak dikeluhkan para peternak ikan.
Untuk menjawab kendala di atas, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara membuat pakan lele alternatif dan sebagai subtitusi pelet buatan pabrik. Terdapat dua tipe pakan alternatif yang akan dipaparkan di sini, yakni pakan dari bahan-bahan utama dan pakan yang memanfaatkan bahan sisa-sisa.
Pakan dari bahan utama dibuat dari bahan-bahan yang memiliki kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan lele. Sedangan pakan tambahan didapatkan dari bahan-bahan organik sisa atau yang harganya murah dan ketersediaanya melimpah.

Kandungan nutrisi pakan

Pakan lele yang baik harus memenuhi rasio pemberian pakan dengan penambahan bobot tubuh kurang dari satu (Feed Conversion Ratio/FCR>1). Artinya, setiap pemberian pakan sebanyak 1 kg akan menambah bobot tubuh sebanyak 1 kg. Jadi semakin kecil rasio FCR-nya, semakin baik pakannya.
Penyediaan pakan lele untuk pakan utama harus memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Pakan tersebut harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein berfungsi sebagai sumber energi utama. Jenis ikan karnivora semacam lele membutuhkan protein yang tinggi yaitu lebih dari 35% dari berat pakan.
Lemak dibutuhkan sebagai sumber energi tambahan penting. Selain sebagai sumber energi, lemak sangat penting untuk kelangsungan hidup ikan, melarutkan beberapa jenis vitamin dan menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air. Penambahan lemak pada pakan juga mempengaruhi rasa dan mutu pakan. Lele membutuhkan lemak dengan kadar 4-5 persen dari berat pakan. Kadar lemak tidak boleh berlebihan karena bisa menyebabkan penimbunan lemak pada usus dan hati ikan, sehingga ikan jadi kurang nafsu makannya.
Karbohidrat terdiri dari senyawa serat kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Selain berfungsi sebagai nutrisi, karbohidrat juga bisa menjadi bahan perekat dalam pembuatan pakan lele. Kandungan karbohidrat pada pakan lele sebaiknya ada pada kisaran 4-6 persen.
Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah kecil, namun peranannya sangat vital. Perannya untuk mempertahankan kondisi dan daya tahan tubuh. Vitamin umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, jadi harus dipenuhi dari luar atau pakan. Kebutuhan vitamin akan menurun seiring dengan pertumbuhan besar ikan.
Satu lagi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil namun penting, yakni mineral. Mineral ini memainkan peran penting dalam membangun struktur tulang ikan dan dalam fungsi metabolisme. Mineral terdiri dari makromineral dan mikromineral. Makromineral yang terkandung dalam tubuh ikan diantaranya kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), fosfor (K), klorida (Cl) dan sulfur (S). Sedangkan mikromineral antara lain besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), nikel (Ni) fluor (F), krom (Cr), silikon (Si) dan selenium (Se).

Membuat pakan lele alternatif

Pakan alternatif pengganti pelet bisa kita buat dari berbagai bahan. Kandungan utama pelet yang paling dominan adalah tepung ikan. Tepung ikan digunakan karena kandungan proteinnya yang tinggi dan gizi lainnya. Namun harga tepung ikan ini mahal, oleh karena itu kita bisa mencampurnya dengan bahan-bahan lain yang lebih murah tanpa mengurangi kandungan protein yang ada.
Pakan lele alternatif yang kita buat harus disesuaikan dengan kebutuhan standar ikan lele untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat (lihat kembali tabel di atas). Untuk itu, ada banyak bahan alternatif yang bisa kita dapatkan, sebaiknya yang menjadi acuan adalah kandungan protein. Berikut tabel berbagai bahan beserta kandungannya dalam satuan persen (%):
Bahan Protein Lemak
Tepung Ikan 62.99 8.4
Tepung Kedelai 36,6 14.30
Bungkil Kelapa 18.46 15.73
Tepung Jagung 10.40 0.53
Dedak Halus 15.58 6.8
Tepung Tapioka 2.6 2.6
Misalnya, kita ingin membuat pakan lele dari campuran 50 kg tepung ikan (kandungan protein 62,9%) dengan 50 kg dedak halus (15,58%), apakah campuran tersebut memenuhi kebutuhan protein ikan lele?
  • Jumlah protein dalam tepung ikan = 62,9% x 50 kg = 31,45 kg
  • Jumlah protein dalam dedak halus = 15,58 x 50 kg = 7,79 kg
  • Jumlah total protein dari tepung ikan dan dedak halus = 39,24 kg
  • Artinya dari total berat bahan baku 100 kg didapat protein 39,24 kg atau 39,24% dari adonan tersebut adalah protein. Hal ini mencukupi untuk pakan lele dimana minimal tersedia kandungan protein kasar sebanyak 30%.
  • Untuk memperkaya kandungan nutrisi, kita bisa menambahkannya dengan berbagai vitamin ikan yang tersedia di pasaran.

Membuat pakan lele tambahan

Disebut pakan tambahan karena tujuannya untuk melengkapi pemberian pakan utama. Kandungan nutrisi pada pakan lele tambahan tidak bisa ditakar dengan tepat. Namun kandungannya masih bisa kita kira-kira. Pemberian pakan lele tambahan dalam budidaya lele intensif bisa menekan biaya pengeluaran pakan, sehingga peternak bisa menikmati keuntungan yang lebih besar. Bahan-bahan berikut disarikan dari pengalaman-pengalaman para peternak lele.

a. Limbah peternakan unggas

Beruntung bagi peternak yang lokasinya dekat dengan peternakan unggas (ayam atau puyuh). Peternakan unggas biasanya menghasilkan limbah berupa ayam mati dalam jumlah yang kontinyu. Limbah tersebut bisa kita gunakan untuk pakan lele. Karena ikan lele pada hakikatnya adalan hewan karnivora.
Bangkai ayam atau puyuh sebaiknya tidak diberikan begitu saja untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ikan. Bangkai harus dibersihkan terlebih dahulu bulu dengan cara direbus. Selain menghilangkan bulu, proses perebusan berfungsi untuk membunuh bibit penyakit yang mungkin terkandung dalam bangkai. Perebusan bisa dilakukan dalam drum-drum besar.
Setelah direbus diamkan bangkai tersebut sampai dingin, lalu berikan pada ikan lele pada hari yang sama. Pakan diberikan dengan cara digantung dan celupkan pakan dalam air kolam. Setelah habis angkat kerangka yang tersisa jangan sampai menjadi residu dalam kolam.

b. Keong mas atau bekicot

Disebagian tempat, keong mas merupakan hama bagi petani padi. Kita bisa memanfaatkan daging keong yang kaya protein untuk pakan lele tambahan. Keong mas mudah ditemukan di daerah pesawahan. Cara mengumpulkannya pun mudah, apalagi kalau tempat kita ada di pedesaan. Tinggal pasang plang, terima keong mas lalu nego, beres urusan.
Sama seperti bangkai unggas, keog mas hendaknya tidak diberikan secara langsung. Rebus terlebih dahulu keong mas atau bekicot dalam air mendidih selama beberapa menit. Perebusan ini fungsinya untuk mengempukan daging, memudahkan pelepasan cangkang, dan membunuh bibit penyakit yang tidak dikehendaki. Setelah direbus, lepaskan cangkangnya dengan cara dicukil menggunakan garpu. Kemudian, daging keong didinginkan dan dicincang kecil-kecil.

c. Belatung

Belatung (maggot) merupakan sumber protein yang baik buat ikan lele. Belatung dihasilkan dari lalat. Ada beberapa jenis belatung yang cocok untuk dijadikan, salah satunya dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens). Mengapa black soldier fly? Karena belatung ini memiliki kandungan protein kasar hingga 40% dan menurut penelitan BBPBAT cocok untuk pakan lele tambahan.
Untuk membiakkan belatung ini cukup sediakan ember, daun pisang, ampas tahu, sisa ikan asin dan bisa ditambahkan kotoran ayam. Caranya masukkan ampas tahu sebagai bahan utama kedalam ember, lalu tambahkan air bersih dan aduk hingga rata. Kemudian tambahkan ikan asin dan kotoran ayam, lalu tutup permukaannya dengan daun pisang kering agar lalat black soldier fly mau bertelur. Tempatkan ember ditempat teduh dan terlindung dari air hujan.
Setelah kira-kira 3 minggu atau bisa saja kurang dari itu, belatung sudah siap dipanen. Caranya campurkan air pada media kultur, lalu saring untuk memisahkan media kultur dari belatung. Belatung siap diberikan sebagai pakan lele. Untuk bahan baku media kultur sebanyak 100 kg kira-kira akan dihasilkan belatung 60 kg. Perhatikan, jangan menyimpan belatung segar terlalu lama karena bisa berubah menjadi lalat.

d. Ikan rucah

Bagi para peternak yang lokasinya berdekatan dengan tempat pelelangan ikan, opsi ini bisa menjadi pilihan yang efektif. Ikan rucah atau ikan sisa tangkaapan yang kecil-kecil yang tidak dikonsumsi manusia biasanya dijual dengan harga murah. Ikan ini bisa kita manfaatkan untuk pakan lele tambahan.
Ikan rucah biasanya tidak banyak mengandung tulang atau duri. Bagi ikan rucah seperti ini tidak memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Bisa langsung dicincang dan diberikan pada lele. Namun bagi ikan yang banyak mengandung tulang atau duri, sebaiknya direbus dahulu.

semoga bermanfaat ya gaes :v